Mengupas Strategi Komunikasi Efektif Berperspektif Budaya Bali dengan Seminar EKW II

185 kali
Pra-Pencacahan
Elvika Nanda

Tinggal menghitung hari kegiatan PKL D-IV 63 Politeknik Statistika STIS dilaksanakan, pembekalan materi mengenai etika komunikasi dan wawancara untuk mahasiswa kembali diselenggarakan. Kegiatan seminar dilaksanakan pada hari Jumat (23/02) secara daring. Seminar diikuti oleh seluruh mahasiswa D-IV 63 Politeknik Statistika STIS. Seminar ini juga dihadiri oleh Direktur, Wakil Direktur, beserta jajaran dosen pembimbing PKL D-IV 63 Politeknik Statistika STIS.

Acara dibuka oleh Imella Mendita Sandi selaku Master of Ceremony dan dilanjutkan kegiatan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Politeknik Statistika STIS secara khidmat. Acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana Operasional PKL, Sultan Hadi Prabowo, yang menyampaikan harapan supaya seluruh mahasiswa memperhatikan seminar dengan baik sebagai bekal pelaksanaan di lapangan nantinya. Direktur Politeknik Statistika STIS, Ibu Dr. Erni Tri Astuti, M.Math., juga memberikan sambutan dilengkapi dengan ungkapan “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” sebagai pengingat bagi mahasiswa sehingga kegiatan PKL dapat berjalan dengan lancar.

Bersambung dengan Seminar Etika dan Komunikasi Wawancara yang telah dilaksanakan tempo hari, seminar kali ini masih membahas hal yang sama dengan tema yang lebih spesifik, yaitu “Strategi Komunikasi dalam Wawancara yang Efektif Berdasarkan Perspektif Budaya Bali”. Pemaparan materi disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M. Sc., MMA, Rektor Universitas Dwijendra, dan dipandu oleh Rechtiana Putri Arini selaku moderator. Prof. Gede Sedana menyampaikan bahwa komunikasi terbentuk dari hubungan saling tergantung dari dua pihak, tidak semata-mata alasan manfaat, melainkan berkaitan dengan sisi psikologis dan proses komunikasi. Beliau menekankan bahwa dalam komunikasi yang efektif, selain diperlukan kemampuan berbicara, pewawancara harus belajar untuk mendengar. 

Etika komunikasi yang berbudaya membutuhkan rasa kepercayaan yang dapat dibangun melalui sikap saling menghargai dan saling mengerti. Hal tersebut dapat didukung melalui busana yang sesuai, pemilihan waktu wawancara yang tepat, dan penjagaan emosi yang baik. Pemilihan kata dan bahasa yang dapat dimengerti, serta tingkah laku yang sopan juga merupakan kunci untuk dapat diterima dengan baik oleh responden sehingga responden bersedia memberikan jawaban wawancara yang tepat. Oleh karena itu, dengan bekal materi pada seminar kali ini, diharapkan mahasiswa dapat menyesuaikan diri untuk melakukan komunikasi dan wawancara dengan tetap berpegang pada kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Bali.

Seusai pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan tanya jawab, penyerahan sertifikat kepada pemateri, dan dokumentasi. Pada penutupan seminar kali ini, mahasiswa juga diharuskan mengikuti post-test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami materi.