Wisatawan nusantara (wisnus) memiliki peran yang penting dalam pengembangan wisata nasional. Ketersediaan data wisnus seperti jumlah perjalanan wisnus, banyaknya wisnus serta karakteristiknya dapat membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang lebih terarah. Saat ini, pemenuhan data wisnus di Indonesia memanfaatkan data mobilisasi penduduk yang direkam jejaknya dari telepon genggam atau dikenal dengan istilah mobile positioning data (MPD). Namun, metode ini hanya dapat menyajikan data wisnus ke luar kabupaten/kota saja. Sementara itu, data wisnus di dalam kabupaten/kota juga tidak kalah penting keberadaannya. Oleh karena itu, Riset 2 fokus pada estimasi data wisnus dalam kabupaten/kota serta mendapatkan gambaran karakteristik sosiodemografi dan perjalanan dari wisatawan nusantara dalam kabupaten/kota. Riset ini juga dilakukan untuk mendapatkan faktor-faktor yang memengaruhi jumlah perjalanan wisata dalam kabupaten/kota seseorang.

Kota Batu memiliki posisi dan peran sebagai Kota Wisata sehingga akan dilihat kesiapannya dalam menerapkan Smart Tourism Destination dari sisi enterprise atau dalam penelitian ini adalah unit usaha pariwisata. Pada saat pandemi Covid-19, unit usaha pariwisata mengalami kontraksi yang cukup signifikan. Padahal sektor pariwisata memberikan kontribusi yang tinggi pada PAD Kota Batu melalui pajak hiburan, hotel, dan restoran, sehingga sektor ini memerlukan upaya pemulihan. Salah satu faktor penting dalam pemulihan sektor pariwisata adalah pemanfaatan TIK. Oleh karena itu, dilakukan analisis mengenai kesiapan pemanfaatan TIK dari sisi unit usaha pariwisata di Kota Batu dalam menerapkan Smart Tourism Destination. Analisis kesiapan dilakukan melalui Enterprise E-Readiness Assessment Model atau Model Kesiapan Unit Usaha Pariwisata yang terbentuk dari beberapa dimensi dan akan menghasilkan suatu indeks yang dapat diukur tingkat kesiapannya.