Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tujuan global atau tindakan universal untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi planet bumi, dan memungkinkan manusia untuk menikmati perdamaian dan kemakmuran pada tahun 2030 (United Nations, 2015). Salah satu tujuan dalam pilar sosial tercantum pada tujuan 2, yaitu meningkatkan pertanian berkelanjutan. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut terkait indeks yang dapat mengukur kondisi keberlanjutan subsektor tanaman pangan, yaitu Indeks Keberlanjutan Subsektor Tanaman Pangan (IKSTP). Pembangunan IKSTP Provinsi Jawa Barat memanfaatkan data sekunder yang didukung dengan in-depth interview untuk mengetahui persepsi petani mengenai masalah-masalah terkait keberlanjutan pertanian, khususnya di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Indeks ini juga nantinya diharapkan dapat memonitor keberlanjutan subsektor tanaman pangan dan sebagai dasar penetapan kebijakan subsektor tanaman pangan di Indonesia.
Mengetahui persentase dan mendapatkan gambaran umum karakteristik sampel RTUP-TP di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.
Mendapatkan indikator-indikator keberlanjutan subsektor tanaman pangan di Provinsi Jawa Barat pada level kabupaten/kota
Membangun dan menganalisis IKSTP di Provinsi Jawa Barat pada level kabupaten/kota.
Mengetahui persepsi petani partisipan terkait keberlanjutan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.
Metodologi Pencacahan
Moda: Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI)/ Paper Assisted Personal Interviewing (PAPI).
Populasi Target: Seluruh rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan di Kabupaten Garut, dan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2022.
Metode Sampling: Probability Sampling stratified three stage sampling.
Data Sekunder
Sumber data:
Badan Pusat Statistik: Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 (SPP2013), Hasil Pengolahan Statistik Pertanian (SP) Lahan Kabupaten/Kota 2016, Survei Pertanian Antar Sensus 2018 (SUTAS 2018), Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Tabel Dinamis Jawa Barat 2015, Survei Angkatan Kerja Nasional 2018 (SAKERNAS 2018).
Non-BPS: Portal ePublikasi Pertanian 2020, Kementerian Pertanian Indonesia.
Metodologi In-depth Interview
Moda: Telephone Interview (TI).
Partisipan: Petani tanaman pangan di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, tahun 2022 dengan nomor handphone terdata oleh Mahasiswa Polstat STIS sebelumnya.
Moda: Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI)/ Paper Assisted Personal Interviewing (PAPI).
Populasi Target: Seluruh rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan di Kabupaten Garut, dan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2022.
Metode Sampling: Probability Sampling stratified three stage sampling.
Sumber data:
Badan Pusat Statistik: Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 (SPP2013), Hasil Pengolahan Statistik Pertanian (SP) Lahan Kabupaten/Kota 2016, Survei Pertanian Antar Sensus 2018 (SUTAS 2018), Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Tabel Dinamis Jawa Barat 2018, Survei Angkatan Kerja Nasional 2018 (SAKERNAS 2018).
Non-BPS: Portal ePublikasi Pertanian 2020, Kementrian Pertanian Indonesia.
Moda: Telephone Interview (TI).
Partisipan: Petani tanaman pangan di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, tahun 2022 dengan nomor handphone terdata oleh Mahasiswa Polstat STIS sebelumnya.
Lahan pertanian adalah lahan yang terdiri dari lahan yang diusahakan dan sementara tidak diusahakan (lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (selama 1 sampai 2 tahun) tidak dikelola/diusahakan) untuk pertanian. Lahan pertanian terdiri dari lahan sawah dan lahan bukan sawah (lahan pertanian bukan sawah) (BPS, 2012). Tersedianya sumber daya lahan pertanian pangan yang berkelanjutan merupakan syarat untuk ketahanan pangan nasional.
Luas lahan yang ditanami merupakan faktor penting yang menentukan hasil produksi tanaman pangan. Luas lahan yang ditanami memengaruhi banyaknya tanaman yang dapat ditanam dan pada akhirnya akan memengaruhi besarnya produksi tanaman pangan yang dihasilkan. Lahan yang ditanami berbanding positif dengan produksi dan juga pendapatan petani. Variabel rata-rata lahan yang ditanami, berkontribusi terhadap kualitas landskap pertanian yang berkaitan dengan keberlanjutan pertanian
Lahan sawah irigasi terdiri dari lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis, sederhana, desa atau non teknis. Lahan sawah irigasi teknis merupakan lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Sedangkan pada lahan sawah irigasi setengah teknis, air dapat diatur ke seluruh sistem, tetapi yang dapat diukur hanya sebagian (primer/sekunder)
Produktivitas lahan merupakan salah satu hal yang berkaitan erat dengan ketersediaan lahan pertanian. Hal ini berhubungan dengan penggunaan lahan secara tepat di mana dengan begitu dapat membuat produktivitas lahan pertanian lebih tinggi dan usaha pertanian semakin berkelanjutan.
Hal penting lainnya terkait lahan adalah tekanan penggunaan lahan oleh industri dan pemukiman, yang merupakan faktor kunci eksternal yang intensif berpengaruh terhadap keberlanjutan lahan, terkait alih fungsi dan konversi lahan pertanian. Semakin dekat lahan pertanian dengan kawasan industri dan pemukiman, semakin besar peluang untuk lahan terkonversi.
Secara luas kata sosial merujuk pada sektor-sektor pembangunan yang mencakup aspek manusia dalam konteks masyarakat atau kolektivitas. Dalam arti sempit, kata sosial menyangkut sektor kesejahteraan sosial sebagai suatu bagian dari kesejahteraan rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, terutama bagi mereka yang termasuk dalam kelompok yang tidak beruntung dan kelompok rentan.
Keterlibatan atau partisipasi anggota rumah tangga dalam mengelola atau mengusahakan pertanian tanaman pangan memberikan pengaruh terhadap keberlanjutan pertanian tanaman pangan. Peningkatan ART yang berpartisipasi dalam berusaha tani memberikan indikasi semakin banyaknya bantuan tenaga yang akan diperoleh untuk mengelola dan menjalankan usaha pertanian.
Mengelola usaha pertanian tanaman pangan sendiri merupakan suatu tindakan yang menunjukkan kemandirian petani dalam mengelola usaha pertanian tanaman pangan yang dimilikinya. Kemandirian petani dapat terdiri atas kemandirian dari segi material, intelektual dan pembinaan yang menunjukkan pemanfaatan segenap potensi yang dimiliki petani secara optimal tanpa bantuan dari luar ataupun pihak lainnya.
Usaha jasa pertanian oleh rumah tangga pertanian tanaman pangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh RTUP-TP meliputi kegiatan pengolahan lahan, penyelenggaraan irigasi, pemupukan, penyewaan alat pertanian dengan operatornya, penyebaran bibit/benih, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemangkasan, pemanenan, penanganan pasca panen dan lainnya. Pengelolaan usaha terhadap jasa pertanian tanaman pangan tersebut menunjukkan suatu usaha dalam meningkatkan hasil usaha pertanian tanaman pangan.
Penyuluhan pertanian merupakan suatu kegiatan sosial yang dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan dan informasi yang dapat bermanfaat bagi peningkatan pertanian. Keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman pangan menjadi salah-satu langkah untuk meningkatkan kualitas petani sebagai sumber daya manusia yang mengelola pertaniannya yang diharapkan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan petani dalam menerima berbagai inovasi dan peningkatan hasil produksi atau penghasilan.
Pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan maupun pola pikir yang dimiliki oleh seseorang. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani mengindikasikan kemampuan petani dalam kesiapannya menerima berbagai informasi dan inovasi-inovasi pertanian yang akan berguna dalam meningkatkan kualitas diri petani dan meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola dan menjalankan usaha pertaniannya.
Waktu yang telah dihabiskan petani untuk bekerja dan mengelola pertanian tanaman pangan yang dimilikinya menjadi suatu indikasi mengenai pengalaman yang dimiliki oleh petani tersebut serta curahan waktu yang diberikan oleh petani untuk mengelola usahanya. Dalam menjalankan kegiatan operasional usaha tani diperlukan pengalaman bertani yang cukup dan mumpuni sehingga dapat mengelola serta mengatur kegiatan usaha pertanian dengan baik.
Lahan pertanian tanaman pangan milik sendiri merupakan indikasi petani memiliki hak penuh atas lahan tersebut. Hak atas kepemilikan lahan ini menjadi salah satu faktor penting dalam menjalankan usaha pertanian tanaman pangannya karena kendali atas lahan yang dimilikinya, petani berhak dan dapat untuk melakukan apapun di lahan yang dimilikinya tanpa adanya hambatan dari pihak luar. Sehingga, petani dapat menentukan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan yang dimilikinya menuju hasil yang lebih baik dan peningkatan kesejahteraan.
Dimensi ekonomi mengacu pada konsep untuk memaksimalkan aliran pendapatan yang diperoleh dengan mempertahankan aset produktif yang menjadi dasar untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Dimensi ekonomi menekankan aspek kebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang maupun pada masa yang akan datang. Keberlanjutan ekonomi dapat dikaitkan dengan kemampuan petani untuk menghasilkan makanan yang mencukupi kebutuhannya agar menjaga kelangsungan ekonomi pertanian.
Dalam meningkatkan pendapatan, petani memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk memproduksi komoditas pertanian baik yang dipasarkan maupun untuk dikonsumsi sendiri. Semakin besar pendapatan bersih, dapat dikatakan bahwa semakin berkelanjutan suatu sektor pertanian. Besar kecilnya pendapatan usaha tani padi sawah yang diterima oleh penduduk di desa dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya produksi.
Peningkatan motivasi petani melalui program bantuan juga diperlukan untuk menghasilkan pendapatan. Penerapan program bantuan sosial untuk petani akan menyebabkan peningkatan motivasi petani dalam menjalankan usahanya. Jenis bantuan yang diberikan pemerintah terhadap RTUP-TP berupa bantuan pembiayaan kredit, subsidi bibit/benih, subsidi pupuk, bantuan pestisida dan obat-obatan, bantuan alat mesin pertanian, bantuan ternak dan bantuan lainnya. Dengan adanya bantuan tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian sehingga dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani.
Keberlanjutan bisa dipandang sebagai peningkatan produktivitas pertanian yang stabil sepanjang waktu, dengan memungkinkan perkembangan inovasi teknologi pertanian untuk mempertahankan produktivitas persatuan areal lahan. Ketersediaan infrastruktur pertanian, seperti jaringan irigasi, jalan usaha tani, serta alat dan mesin pertanian sangat menentukan penerapan teknologi sistem pertanian berkelanjutan.
Teknologi ada sebagai bentuk inovasi yang dapat membantu dan mempermudah kerja manusia untuk hasil yang lebih baik. Penggunaan teknologi dalam pertanian tanaman pangan menjadi salah satu bentuk usaha dalam mengatasi kendala yang dihadapi dan meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan usaha pertanian tanaman pangan. Mengatasi kendala dan peningkatan yang diinginkan memiliki tujuan masing-masing, oleh karena itu munculnya berbagai teknologi sesuai kebutuhan atau sering disebut tepat guna. Teknologi dapat dikatakan tepat guna jika memenuhi kriteria yaitu secara teknis mudah dilakukan, secara finansial (bahkan ekonomi) menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima masyarakat dan tidak merusak lingkungan.
Alat dan mesin pertanian yang digunakan dalam mengelola usaha pertanian tanaman pangan menjadi salah satu cara dalam meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi usaha tani, meningkatkan mutu dan nilai tambah produk, serta pemberdayaan petani. Penggunaan alat dan mesin dengan jumlah yang tepat akan dapat meningkatkan kinerja dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan.
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi susutan, kehilangan hasil panen, dan mempertahankan kualitas hasil panen. Penanganan pasca panen dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pasca panen untuk mengurangi tingkat kehilangan. Alat dan Mesin pasca panen memiliki banyak jenis. Sehingga, dengan adanya bantuan alat dan mesin ini maka petani akan sangat terbantu untuk meningkatkan hasil pertaniannya.
Informasi dan inovasi terkait pertanian tanaman pangan pada saat ini sudah dapat diperoleh di banyak tempat salah satunya yaitu dengan internet. Penggunaan internet dalam berusaha pertanian tanaman pangan akan memberikan kemudahan untuk memperoleh berbagai informasi serta berbagi inovasi yang berguna untuk meningkatkan pertanian dan memecahkan kendala yang dihadapi petani.
Pertanian dikatakan berkelanjutan apabila dapat memenuhi kebutuhan pangan saat ini dan di masa yang akan datang melalui pengolahan tanah yang dikurangi, pengelolaan hama terpadu, rotasi tanaman, dan pengelolaan air. Kesadaran petani terhadap risiko lingkungan yang ditimbulkan karena penggunaan pupuk serta perilaku dalam mengelola pupuk perlu diperhatikan karena berhubungan dengan keberlanjutan dalam aspek ekologi.
Pupuk organik merupakan bahan yang mengandung karbon dan satu atau lebih unsur hara selain H dan O untuk pertumbuhan tanaman. Di sisi lain, pupuk kimia buatan mampu menyediakan satu hingga beberapa jenis hara tanaman namun tidak menyediakan senyawa karbon yang memperbaiki sifat fisik dan biologis tanah sehingga penggunaan pupuk anorganik yang tidak diimbangi dengan langkah yang tepat seperti pemberian pupuk organik dapat merusak struktur tanah dan mengurangi aktivitas biologi tanah.
Pestisida adalah zat kimia dan bahan lainnya yang berupa jasad renik untuk mengendalikan organisme pengganggu atau hama yang dapat merugikan manusia. Pembuatan pestisida organik memerlukan waktu yang relatif lama, sedangkan pestisida nonorganik biasanya sudah siap pakai dan jumlah yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan pestisida organik.
Berdasarkan hasil estimasi, terdapat lebih banyak yang bukan termasuk rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan. Persentase rumah tangga di Kabupaten Garut yang mengusahakan pertanian tanaman pangan selama setahun yang lalu tidak lebih besar dari 32.00 persen dari total dengan jumlah terbanyaknya ada di wilayah perdesaan.
Berdasarkan hasil estimasi, di Kabupaten Tasikmalaya terdapat lebih banyak yang bukan termasuk rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan dibandingkan dengan yang mengusahakannya. Namun, dengan selisih yang tidak yang terlalu besar, tidak seperti di Kabupaten Garut. Persentase RTUP-TP di Kabupaten Tasikmalaya yang mengusahakan pertanian tanaman pangan selama setahun yang lalu kurang dari 48 persen dengan jumlah terbanyaknya ada di wilayah perdesaan.
Berdasarkan hasil estimasi, komoditas tanaman pangan padi menjadi komoditas yang banyak diusahakan oleh RTUP-TP di Kabupaten Garut khususnya wilayah perkotaan. Sementara itu, persentase RTUP-TP yang mengusahakan palawija maupun padi dan palawija tidak memiliki perbedaan jumlah yang cukup jauh serta sama-sama banyak diusahakan di wilayah perdesaan.
Berdasarkan hasil estimasi, komoditas tanaman pangan padi juga menjadi komoditas yang banyak diusahakan oleh RTUP-TP di Kabupaten Tasikmalaya khususnya wilayah perdesaan. Sementara itu, persentase RTUP-TP yang mengusahakan palawija lebih sedikit jumlahnya dibandingkan RTUP-TP yang mengusahakan padi dan palawija dalam setahun.
Indeks Keberlanjutan Subsektor Tanaman Pangan (IKSTP) di Jawa Barat adalah sebesar 0.442 sehingga tingkat keberlanjutan subsektor tanaman pangan di Jawa Barat dapat dikategorikan cukup berkelanjutan.
Kabupaten Garut memiliki nilai IKSTP tertinggi dengan nilai indeks sebesar 0.736. Kabupaten Garut diketahui memiliki potensi besar dalam pertanian tanaman pangan untuk beragam komoditi, termasuk padi. Garut juga terkenal sebagai sentra palawija, seperti jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, hingga kacang hijau. Begitupun wilayah Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki potensi pertanian tanaman pangan yang besar.
Berlawanan dengan wilayah yang memiliki IKSTP tinggi, wilayah dengan IKSTP yang rendah merupakan wilayah administrasi kota. Pembangunan metropolitan mendorong terjadinya alih fungsi lahan, persaingan dalam penggunaan sumber daya air, dan degradasi lingkungan. Banyaknya pembangunan infrastruktur serta industri dapat menyebabkan penyusutan lahan pertanian secara umum serta perubahan pola tanam akibat kendala ketersediaan air, terutama pada Kota Bekasi dan Kota Depok yang secara geografis dekat dengan ibukota.
Dimensi lahan memiliki nilai share terbesar yakni 34,24 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi lahan yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan IKSTP Jawa Barat. Di sisi lain, dimensi ekologi memiliki share terkecil yakni 12,19 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi ekologi yang paling kecil kontribusinya dalam pembentukan IKSTP Jawa Barat. Adapun kontribusi dimensi lainnya dalam pembentukan IKSTP Jawa Barat yaitu dimensi sosial sebesar 18,39 persen, dimensi ekonomi sebesar 13,30 persen, dan dimensi teknologi sebesar 21,88 persen.
Dimensi ekonomi tergolong sangat berkelanjutan. Petani telah mampu mengelola input dan output pertaniannya dengan baik.
“Tidak tentu setiap musim menggunakan pupuk itu-itu saja, tetapi berubah sesuai keadaan salah satunya musim” (input yang seuai akan meningkatkan hasil pertanian)– M, 66
Dimensi ekologi tergolong sangat berkelanjutan. Pupuk bersubsidi dari pemerintah sudah sesuai dengan rekomendasi Balitbangtan dan kebutuhan petani.
“Jadi, jenis pupuk yang digunakan itu seperti phonska, NPK 16, urea, dan TSP. Jenis pupuk yang dikasih atau yang diberikan ke masyarakat sudah sesuai dengan apa yang biasa petani gunakan di desa.” – T,49
Dimensi teknologi tergolong cukup berkelanjutan. Belum banyak diadakannya penyuluhan, minimnya pemanfaatan teknologi, dan kelompok tani belum berjalan dengan baik.
“Oh belum pak … , saya belum pernah pakai internet. Saya juga jarang suka pegang hp Pak” – A,39
Dimensi Lahan tergolong sangat berkelanjutan. Jarang terjadi alih fungsi lahan, petani justru berusaha menambah luas lahan.
“Tentu saja ada peningkatan luas lahan, misalkan ada sebagian hasil tabungan yang kami belikan tanah persawahan.” – E, 46
Dimensi Sosial tergolong sangat berkelanjutan. Persepsi petani bahwa pentingnya pendidikan bagi petani.
“Kalau ada sekolah khusus pertanian, petani bisa lebih terarah dalam bertani dan meningkatkan hasil yang diperoleh” – N, 42
Dimensi teknologi tergolong cukup berkelanjutan. Petani masih cenderung bertani sesuai cara turun temurun dan belum banyak berpartisipasi dalam penyuluhan.
“Rata-rata petani di daerah saya bercocok tanam berdasarkan pengalaman, belum tersentuh oleh ahli bagaimana cara bercocok tanam yang benar agar hasil maksimal” – A, 48